Halaman

Jumat, 26 April 2013

Reportase "Perjuangan Seorang Ibu"

REPORTASE
"Perjuangan Seorang IBU"


           Watini adalah seorang ibu yang memiliki 2 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Mereka masih kecil dan belum begitu mengerti tentang ekonomi keluarga yang sangat terpuruk, terlebih lagi Watini tidak memiliki suami. Suaminya meninggal karena sakit yang di deritanya. Ya mau tidak mau Watini lah yang menjadi tulang pungung keluarga, Ia dibantu dengan Ryan. Ryan adalah anak pertama Watini yang sudah besar, Tetapi Ryan mempunyai keterbatasan dalam berbicara. Dia tidak bisa berbicara seperti orang normal lainnya.

            Saya dan teman-teman mendatangi rumah Ibu Watini. Gang-gang kecil, dan jalanan yang becek kami lewati untuk sampai di rumahnya.Setelah sampai dirumahnya, kami langsung bertemu dengan ibu Watini yang baru saja ingin pergi untuk mencari nafkah. Ia hanyalah seorang Ibu yang hanya bermata pencahariaan pemulung. Kami mengikuti keseharian ibu Watini selama 3 hari.


Ibu Watini dan anaknya (Ryan)




             Kami menelusuri jalan raya bogor, Gg.Nangka. Sekitar pukul 5 pagi Ibu Watini sudah mulai bekerja dengan membawa gerobaknya. Mulai dari Memunguti sampah di pinggir jalan, Mencari sampah di tumpukan tempat pembuangan sampah umum, di tiap-tiap rumah dan mini market juga melewati pemakaman. Itu sudah jadi hal biasa yang dilakukan Ibu Watini setiap harinya bersama Ryan, anaknya. Pukul 12 mereka beristirahat, mencari tempat duduk di pinggir jalan. Kami sudah sangat lelah dari pagi mengikuti Ibu Watini bekerja, mungkin sudah sampai puluhan kilometer kami berjalan. Tapi, Saya tidak melihat kelelahan di Wajah Ibu Watini. Mungkin dia lelah tapi ia harus berjuang untuk menghidupi dirinya dan anak-anaknya. Setelah cukup lama kami beristirahat, kami pun melanjutkan perjalanan kami untuk mencari sampah. Pukul 16.00 Ibu Watini mengajak kami kembali kerumahnya. Setiap 2hari sekali Ibu Watini menyetor hasil sampahnya. Kami benar-benar tidak menyangka, Ibu Watini yang sudah bekerja mencari sampah dari pagi sampai sore hanya di beri upah Rp7.000 per hari. Jauh sekali dibandingkan dengan uang jajan yang kami dapatkan dari orangtua kami. Benar-benar tidak terbayangkan jika saya dan teman-teman saya harus setiap hari seperti itu untuk mencari sesuap nasi. 



                  Untuk itu sangat perlu bersyukur dengan apa yang sudah kita punya saat ini. Masih banyak sekali orang-orang dibawah kita yang tidak seberuntung seperti kita. Sekian Reportase saya, terima kasih

 


foto bersama Ibu Watini dan Ryan
Cerita ini fakta loh guys, Kelas 3SMK tepatnya tahun 2008 atau 2007 gitu gue lupa. gue disuruh bikin film dokumenter untuk syarat kelulusan. Ya gue bikinlah film ini bareng-bareng sama temen-temen gue dan gue ceritain lewat blog gue ini :)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar